Sandiwara Pekerjaan
Oleh: Jonathan Parapak
Siapakah yang tidak ingin mendapat pujian dari boss? Kesenangan dan kebanggaan boss bisa membawa berkah. Gaji naik, bonus bertambah, dan mungkin juga promosi. Zaman Orde Baru banyak dipakai "laporan ABS" (Asal Bapak Senang). Laporan proyek selalu bagus, tak ada penyimpangan, tak ada masalah, semuanya mulus untuk menyenangkan boss. Realitanya? Proyek sarat korupsi, kadang tak bermanfaat, semuanya pemborosan. Simak saja berita banyaknya puskesmas di mana tak banyak orang, gedung sekolah tanpa murid, dan lain-lain.
Wah, rupanya itulah sandiwara proyek alias "proyek-proyekan". Lebih parah lagi "banyaknya proyek fiktif" yang digelar pada berbagai tataran kekuasaan. Lihat saja kasus proyek pembagian sembako oleh pejabat tinggi negara! Dan, sandiwara tidak hanya terjadi di tingkat atas. Di pabrik, di departemen atau dunia bisnis, kalau ada boss, semuanya kelihatan sibuk, asyik bekerja, padahal tak ada yang dikerjakan. Mental ABS, telah merasuk di mana-mana. Kita ingin memberi kesan baik padahal bobrok; rajin padahal malas, produktif padahal tidak ada hasil. Semuanya bersandiwara untuk kesenangan boss.
Sandiwara serupa juga terjadi di rumah. Anak kalau ada ayah, ibu kelihatan rajin belajar, padahal pura-pura belajar, pikirannya di tempat lain. Lebih parah lagi mungkin di lingkungan gereja, banyak yang rajin koor, melayani, tetapi sesungguhnya tak senang di rumah karena istri yang cerewet atau suami tukang marah.
Sangat memprihatinkan bahwa dunia kerja kita penuh dengan sandiwara. Kalau kita simak kehidupan Yusuf (Kejadian 39-45), kita dapati seorang yang setia, dunia kerjanya penuh kesempatan untuk bersandiwara, namun karena komitmennya kepada Allah, Yusuf selalu melakukan yang terbaik, baik sebagai budak, narapidana maupun di istana.
Rasul Paulus dalam suratnya ke Jemaat Kolose menegaskan, bahwa sebagai manusia baru, manusia yang sudah diselamatkan hendaknya "Segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita" (Kolose 3:17) dan apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (Kolose 3:23).
Bagi Paulus dan bagi kita yang berkomitmen untuk mengikut Yesus, tak ada ruangan untuk bersandiwara. Dia maha tahu, Dia mengetahui motivasi dan sikap kita, Dia tahu apa yang kita lakukan, kualitas pekerjaan yang kita hasilkan, tak mungkin bersandiwara di hadapan Tuhan. Oleh karena itulah, Paulus sendiri dalam suratnya ke jemaat di Roma, mengajak kita untuk "Demi kemurahan Allah aku menasehatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu, sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan berkenan kepada Allah; itulah ibadahmu yang sejati" (Roma 12:11).
Pekerjaan kita adalah bagian dari ibadah kita. Pekerjaan kita adalah persembahan kepada Tuhan. Kalau demikian, tidakkah kita seharusnya melakukan yang terbaik? Ada boss duniawi atau tidak, kita memberikan yang terbaik karena "Boss Surgawi" terus-menerus melihat kita.
Memang Paulus dalam suratnya ke jemaat di Roma menegaskan; janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaruan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah, apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna (Roma 12:2). Kalau dunia bersandiwara, munafik, maka marilah dalam bekerja dan berkarya, kita memberikan yang terbaik untuk Tuhan sebagai bahagian dari ibadah kita yang sejati. Tuhan memampukan dan menolong kita!
Oleh: Jonathan Parapak
Siapakah yang tidak ingin mendapat pujian dari boss? Kesenangan dan kebanggaan boss bisa membawa berkah. Gaji naik, bonus bertambah, dan mungkin juga promosi. Zaman Orde Baru banyak dipakai "laporan ABS" (Asal Bapak Senang). Laporan proyek selalu bagus, tak ada penyimpangan, tak ada masalah, semuanya mulus untuk menyenangkan boss. Realitanya? Proyek sarat korupsi, kadang tak bermanfaat, semuanya pemborosan. Simak saja berita banyaknya puskesmas di mana tak banyak orang, gedung sekolah tanpa murid, dan lain-lain.
Wah, rupanya itulah sandiwara proyek alias "proyek-proyekan". Lebih parah lagi "banyaknya proyek fiktif" yang digelar pada berbagai tataran kekuasaan. Lihat saja kasus proyek pembagian sembako oleh pejabat tinggi negara! Dan, sandiwara tidak hanya terjadi di tingkat atas. Di pabrik, di departemen atau dunia bisnis, kalau ada boss, semuanya kelihatan sibuk, asyik bekerja, padahal tak ada yang dikerjakan. Mental ABS, telah merasuk di mana-mana. Kita ingin memberi kesan baik padahal bobrok; rajin padahal malas, produktif padahal tidak ada hasil. Semuanya bersandiwara untuk kesenangan boss.
Sandiwara serupa juga terjadi di rumah. Anak kalau ada ayah, ibu kelihatan rajin belajar, padahal pura-pura belajar, pikirannya di tempat lain. Lebih parah lagi mungkin di lingkungan gereja, banyak yang rajin koor, melayani, tetapi sesungguhnya tak senang di rumah karena istri yang cerewet atau suami tukang marah.
Sangat memprihatinkan bahwa dunia kerja kita penuh dengan sandiwara. Kalau kita simak kehidupan Yusuf (Kejadian 39-45), kita dapati seorang yang setia, dunia kerjanya penuh kesempatan untuk bersandiwara, namun karena komitmennya kepada Allah, Yusuf selalu melakukan yang terbaik, baik sebagai budak, narapidana maupun di istana.
Rasul Paulus dalam suratnya ke Jemaat Kolose menegaskan, bahwa sebagai manusia baru, manusia yang sudah diselamatkan hendaknya "Segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita" (Kolose 3:17) dan apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (Kolose 3:23).
Bagi Paulus dan bagi kita yang berkomitmen untuk mengikut Yesus, tak ada ruangan untuk bersandiwara. Dia maha tahu, Dia mengetahui motivasi dan sikap kita, Dia tahu apa yang kita lakukan, kualitas pekerjaan yang kita hasilkan, tak mungkin bersandiwara di hadapan Tuhan. Oleh karena itulah, Paulus sendiri dalam suratnya ke jemaat di Roma, mengajak kita untuk "Demi kemurahan Allah aku menasehatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu, sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan berkenan kepada Allah; itulah ibadahmu yang sejati" (Roma 12:11).
Pekerjaan kita adalah bagian dari ibadah kita. Pekerjaan kita adalah persembahan kepada Tuhan. Kalau demikian, tidakkah kita seharusnya melakukan yang terbaik? Ada boss duniawi atau tidak, kita memberikan yang terbaik karena "Boss Surgawi" terus-menerus melihat kita.
Memang Paulus dalam suratnya ke jemaat di Roma menegaskan; janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaruan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah, apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna (Roma 12:2). Kalau dunia bersandiwara, munafik, maka marilah dalam bekerja dan berkarya, kita memberikan yang terbaik untuk Tuhan sebagai bahagian dari ibadah kita yang sejati. Tuhan memampukan dan menolong kita!
No comments:
Post a Comment
sampaikan komentar anda