Nasionalisme dan benih Neo-kolonialisme
Sudut pandang " Berpikir dalam Kandang"
Nasionalisme, Kebangkitan Nasional di 100 tahun...
100 tahun kebangkitan bangsa Indonesia, Mari kita lihat kembali amanat Bung Karno dalam rangka menghilangkan penindasan sebuah bangsa terhadap bangsa [exploitation de I'home par I'home] dan penindasan sebuah negara terhadap negara lain [exploitation de nation par nation], bagaimana pun juga tidak seorang pun setuju dengan penindasan...penjajahan...
Memang bangsa Indonesia telah merdeka dan bangkit dari penindasan namun hal itu terasa belum sepenuhnya bahkan untuk saat-saat sekarang mulai tumbuh benih-benih penjajahan model baru 'konsep neo-kolonialism'
Tidak jarang kalangan aktifis-aktifis muda gerakan moral yang dulunya mengaum bak singa telah terjangkit Neo-kolonialisme , penyakit pragmatisme dan idealisme yang temporer yang dulunya berapi-api menyuarakan aspirasi rakyat 'sivil society', 'masyarakat madani' ...yang murni gerakan moral...seketika berbalik untuk mencari nama, pangkat, kedudukan serta berusaha melompatkan status sosial mereka...inilah 'degradasi moral'
Dengan dalih perjuangan moral namun hanya kepentingan kelompok, suku, agama dan golongan...
Sikap dan prilaku tersebut secara tidak langsung mengeksploitasi semangat dan obyek perjuangan,semata-mata 'kepentingan pribadi' bukan sebagai alat memajukan negeri, dan yang sangat disanyangkan lagi kepandaian dipakai untuk mengakali saudara, sesama bangsa untuk menangguk keuntungan besar.
Mencari kutu di kepala lawan, saling menjatuhkan, mencari kelemahan lawan, menjegal langkah saudara sebangsa dan tanah air...
Dimanakah idealismemu...nasionalismemu...kaum cendekia bangsa?
Dahulu anda dididik, ditanamkan Nasionalisme salah satunya lewat pendidikan kewiraan, apakah semuanya itu hanya sekedar syarat lulus dan memperoleh gelar dalam dunia pendidikan... Apakah ke ...sarjanaan, master, doktor, professor anda hanya gelar belaka namun sebenarnya 'bobrok' ... Anda harus malu menyandang gelar itu jika jiwa dan moral anda telah disusupi!
Saya kuatir dengan perjalanan bangsa yang seperti ini disatu sisi?
Mengapa tidak saling bergandengan tangan untuk"holobis kontul baris" membangun negeri, bukan"holobis kontul baris" untuk mencari posisi.
Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh, jangan bersatu diluarnya bercerai didalamnya...maka jatuhlah bangsa kita, tidak akan maju.
Alangkah baiknya kalau keanekaragaman, kepandaian, kekayaan alam dan kekayaan SDM yang kita miliki itu diberdayakan untuk kesejahteraan dan kemajuan bangsa, bukan untuk pribadi dan golongan.
Memang politik itu harus ada itulah 'Negara' namun jelilah menilai yang baik dan benar, bukahkan Setan juga mampu berbuat 'seolah-olah baik'
BHINNEKA TUNGGAL IKA, CITA WAYA ESA
Sama seperti Kristus adalah satu, kita meskipun banyak anggota tetapi satu tubuh, Satu didalam Kristus.
By: Asmar Sampepolan, S.KM
No comments:
Post a Comment
sampaikan komentar anda