DASAR-DASAR SURVEILENS PENYAKIT I. Pendahuluan
“Surveilens” adalah pengamatan terus-menerus terhadap terjadinya dan penyebaran penyakit serta kejadian atau kondisi yang memperbesar resiko penyebaran penyakit. Surveilens adalah suatu proses terus-menerus dan sistematik yang terdiri dari empat kegiatan utama: pengumpulan data yang relevan untuk suatu populasi dan wilayah geografi tertentu; pengolahan data sehingga menjadi suatu susunan yang berarti; analisis (interpretasi) data; penyebarluasan data dan interpretasinya secara teratur kepada mereka yang menangani program pemberantasan.
Terdapat 10 sumber utama atau jemis data yang relevan untuk surveilens penyakit, yaitu:
1. Laporan kematian
2. Laporan kesakitan
3. Laporan wabah
4. Laporan laboratorium
5. Laporan hasil penyelidikan kasus perorangan
6. Laporan penyelidikan wabah
7. Survey khusus (misal: perawatan penderita di RS, register penyakit, survey serologik).
8. Informasi tentang hewan sumber sumber penularan dan vektor.
9. Data demografi
10. Data lingkungan
Tujuan akhir surveilens penyakit adalah untuk menentukan luasnya infeksi dan risiko penularan penyakit sehingga tindakan pemberantasan dapat dijalankan secara efektif dan efisien. Oleh karena itu data surveilens harus sesuai dengan keadaan saat ini dan lengkap untuk mengungkapkan terjadinya penyakit dan penyebarannya. Surveilens penyakit kadang-kadang dijalankan walaupun tindakan pemberantasan belum ada dengan harapan akan dikembangkan kemudian. Ada dua alasan pokok untuk menjalankan surveilens pada keadaan semacam itu. Yang pertama adalah peningkatan pengetahuan tentang sumber penularan penyakit dan cara penularan sehingga prioritas dapat dibuat bilamana pemberantasan mungkin dijalankan.
Pencapaian tujuan akhir memerlukan tercapainya sasaran tertentu oleh para penanggung jawab surveilens penyakit. Petugas itu harus:
1. Menguraikan tiap orang yang kena infeksi (nama, alamat, umur, jenis kelamin, ras, pekerjaan dan tanggal mulainya gejala) secepat mungkin sesudah eksposur.
2. Menentukan sumber infeksi dan cara penularan pada tiap penderita:
a. Sumber-sumber penularan yang mungkin manusia, hewan atau lingkungan.
b. Cara penularan yang mungkin langsung atau tidak langsung.
3. Mengenali golongan rentan yang tereksposur yang mungkin tertulari.
4. Menggambarkan distribusi frekuensi kesakitan pada golongan populasi yang kena resiko, menurut:
a. Waktu - frekuensi kejadian menurut satuan waktu (tahun, bulan, minggu, hari, jam).
b. Tempat – frekuensi menurut pembagian tempat (tempat tinggal, tempat kerja, daerah sosial ekonomi, sekolah,rumah sakit dan sebagainya). c. Orang – frekuensi kejadian menurut ciri tertentu (umur, jenis kelamin, ras, pekerjaan, status imunisasi, dan sebagainya).5. Mencari gambaran tersebut pada butir 4, pada populasi yang sedang atau mungkin mengalami peningkatan frekuensi kesakitan.
6. Mempersiapkan dan menyebarluaskan laporan surveilens kepada petugas yang berperan serta pada pencegahan dan pemberantasan penyakit.
Tujuan-tujuan ini berkenaan dengan manusia, tetapi karena pentingnya hewan dalam penularan banyak penyakit manusia, maka tujuan surveilens sesuai pula untuk surveilens penyakit zoonisis. Data yang terkumpul pada program surveilens zoonosis digunakan untuk tujuan yang sama dengan surveilens penyakit manusia dan difokuskan pada penggambaran hewan yang sakit menurut waktu , tempat, dan cara menjadi sakit.
II. Dasar Hukum Pelaporan Morbiditas
Peraturan tentang pelaporan morbiditas secara khusus merinci penyakit atau keadaan mana yang harus dilaporkan, siapa yang bertanggung jawab untuk pelaporan, keterangan apa yang diperlukann untuk setiap kasus yang dilaporkan, sifat laporan yang diperlukan dan kepada siapa pelaporan dikirimkan. Peraturan itu juga merinci berbagai tindakan pengamanan yang perlu diambil bila terjadi suatu penyakit tertentu.
III. Penelaahan Kembali Laporan Morbiditas
Suatu keputusan pokok yang harus dibuat mengenai setiap kasus yang didiagnosa atau dicurigai ialah apakah kasus itu perlu diselidiki atau tidak. Kriteria berikut ini dapat digunakan sebagai dasar keputusan itu.
1. Apakah surveilens atau tujuan pemberantasan penyakit mengharuskan penyelidikan/tidak?
Jika tujuan Departemen Kesehatan mengharuskan penyelidikan penyakit tertentu, maka dengan diterimanya laporan tentang salah satu penyakit itu secara otomatis penyelidikan harus dilakukan (tanpa mempertimbangkan kriteria lain). Sebagai contoh di AS ialah TBC dan sifilis. Pemberantasan penyakit ini dilakukan oleh suatu program khusus. Suatu bagian penting dari bagian itu ialah pengobatan kasus yang diketahui dan para kontak sehingga mereka menjadi tidak menular dan tidak menyebarkan penyakit itu lagi. Pentingnya penyelidikan kasus dan kontak adalah sedemikian rupa sehingga di dalam pedoman program dicantumkan keharusan untuk menyelidiki setiap kasus atau tersangka penyakit.
2. Apakah infeksi itu bersifat luar biasa dilihat dari segi waktu dan tempat kejadian atau jumlah karakteristik dari orang-orang yang tertekan? Apakah insiden suatu penyakit pada suatu populasi tertentu pada suatu waktu dan tempat tertentu melebihi frekuensi yang biasa dari penyakit itu pada populasi yang bersangkutan, maka mungkin ini merupakan indikasi untuk diadakan penyelidikan. Untuk dapat menentukan bahwa insidens saat ini melebihi insidens yang biasa dibutuhkan perbandingan terus-menerus dari insiden saat ini dengan insidens selama periode-periode pelaporan sebelumnya Suatu masalah penting sebagian besar masih belum terpecahkan ialah berapa banyak kenaikan kasus yang diperlukan untuk dapat diambil tindakan penanggulangan. Namun pada umumnya jumlah kenaikan yang diperlukan untuk suatu tindakan ditentukan secara lokal dan mencerminkan prioritas yang diberikan pada berbagai penyakit, serta perhatian, kemampuan dan sumber daya Dinas Kesehatan setempat. Beberapa penyakit yang biasa diselidiki, terutama apabila insidensnya melebihi suatu ambang tertentu atau apabila dicurugai adanya common source, adalah penyakit yang ditularkan lewat makanan, campak dan hepatitis viral. 3. Adakah suatu letusan tersangka “Common Source”?
Kecurigaan adanya suatu penularan “Common Source” pada dua atau lebih kasus untuk suatu penyakit sering sudah cukup untuk memulai suatu penyelidikan. Kecurigaan semacam itu timbul sekurang-kurangnya melalui dua cara:
a. Suatu laporan dari seorang dokter atau lebih atau petugas lain yang lebih berpengetahuan mengatakan bahwa telah didapatkan “beberapa” penderita baru suatu penyakit yang tampaknya sama dan diperkirakan karena satu dan lain hal secara epidemiologik ada hubungannya.
b. Laporan rutin morbiditas individual mungkin, setelah ditinjau ulang secara teliti, mengungkapkan suatu kebersamaan dalam hal jenis kelamin atau kelompok umur kasus, tempat tinggal atau jenis kelamin atau kelompok umur kasus, tempat tinggal atau jenis pekerjaan, nama marga atau waktu mulainya serangan sakit. Faktor yang terakhir waktu mulainya serangan sakit telah terbukti merupakan indikator yang sangat berguna mengenai kemungkinan terjadinya suatu letusan “Common Source”.
Pada contoh berikut penyakit yang dilaporkan digambarkan dalam grafik menurut minggu atau hari mulainya serangan sakit. Ciri yang terpenting dalam grafik ini yang ada hubungannya dengan penemuan adanya kemungkinan letusan “Common Source” yaitu terjadinya peningkatan jumlah kasus yang tiba-tiba: dalam dua kali periode (minggu atau hepatitis dan hari untuk salmonellosis) jumlah kasus yang dilaporkan meningkat beberapa kali dari pada jumlah biasanya.
4. Apakah penyakitnya berat pada orang-orang golongan risiko tinggi? (Dihubungkandengan frekuensi luar biasa dan gejala sisa)
Sebagai tambahan kepada penyakit-penyakit yang dilakukan penyelidikan rutin, surveillans yang baik melakukan penyelidikan terhadap kasus/tersangka penyakit berikut ini:
a. Shigellosis, salmonellosis, infeksi staphycoccal pada tempat perawatan kelahiran, pusat perwatan bayi, taman kanak-kanak, dan rumah perawatan.
b. Hepatitis B pada pasien rumah sakit dan pegawai rumah sakit.
c. Septikemia pada pasien yang mendapat transfusi cairan intravena.
d. Infeksi luka pembedahan.
e. Infeksi apa saja pada orang yang mendapat penurunan sistem imunologi.
f. Meningitis pada anak-anak, dan kamp militer atau tempat latihan lain.
5. Apakah pengetahuan yang diperoleh dari penyelidikan membantu pemahaman yang lebih baik terhadap sesuatu penyakit?
Ada kesenjangan pada pengetahuan epidemiologi dari banyak penyakit. Lebi jauh, suatu perubahan dari apa yang telah diketahui atau pola yang baisa mungkin terjadi sewaktu-waktu berhubungan dengan “host”/tuan rumah (misal: risiko tereksposur, kerentanan); penyebab sakit (misal: ada/tidak infeksi, pathogenesis); atau lingkungan (perubahan pada sumber kuman atau vektor, munculnya perantara/”vehicles” baru). Jika data surveilens menunjukkan adanya kemungkinan bahwa penyelidikan pada beberapa kasus pilihan dari penyakit itu menghasilkan suatu informasi baru dan sumber (dana) yang dibutuhkan ada, maka penyelidikan layak diadakan.
6. Adakah cara-cara pencegahan atau pemberantasan penyakit tersebut?
Keputusan untuk tidak melakukan penyelidikan terhadap penderita yang dilaporkan mungkin didasarkan atas tidak adanya cara pencegahan atau pemberantasan (hal ini tentu bukan suatu alasan untuk tidak melaksanakan surveilensyang terus menerus). Namun demikian, kita selalu menelaah lagi secara berkala kebijakan yang ditentukan atas dasar tidak adanya cara pemberantasan itu, sebab pengetahuan dan teknik baru terus menerus berkembang untuk kepentingan pemberantasan penyakit yang praktis dan efektif.
IV. Analisa Laporan Morbiditas
Pengetahuan yang mendalam tentang pola kasus kejadian penyakit dalam suatu wilayah pelayanan kesehatan diperlukan untuk melaksanakan kriteria penyelidikan yang telah dibahas dan untuk mengetahui perubahan risiko terkena penyakit dalam jangka panjang. Pengetahuan ini hanya dapat diperoleh melalui proses “konsolidasi” dan analisa data surveilens yang ada secara terus menerus dan sistematik.
Konsolidasi data diperoleh melalui pengolahan data, dan selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel, grafik, dan “charts” yang menjelaskan kejadian tiap penyakit dihubungkan dengan waktu, tempat dan orang. Gambar 3 dan 4 adalah contoh-contoh formulir dasar yang boleh digunakan untuk tabulasi data surveilens. Data yang telah ditabulasi dapat dijadikan grafik dan chart untuk lebih mudah mengetahui trend dan asosiasi epidemiologik dari penderita.
Analisa data ini untuk membandingkan data dengan suatu nilai yang “normal”, mencari perbedaannya, dan menilai makna perbedaan itu.
Sementara angka-angka saja dalam banyak hal sudah dianggap cukup, untuk analisa yang optimal data itu harus diterjemahkan menjadi rate, ratio, atau proporsi yang sesuai dengan menggunakan teknik matematik yang benar.
Angka-angka yang dihasilkan memberikan suatu ukuran yang lebih baik tentang kejadian penyakit sebab pada pengukuran itu telah diperhitungkan populasi yang kena risiko menurut ukuran yang sebenarnya yang mendekati.
Sebagai contoh pada tabel 1, beberapa macam perbandingan dapat dibuat dan perbedaan-perbedaan kejadian dapat dilihat. Perbedaan jumlah penderita perminggu untuk umur <15 dapat diabaikan, sebagaimana halnya perbedaan total empat mingguan tahun ini dan tahun lalu. Sama halnya untuk golongan umur 15-29, walaupun jumlah penderita perminggu lebih tinggi daripada golongan umur lain. Tetapi dalam golongan umur 30+, jumlah 8 penderita pada minggu ke-4 tahun ini, betul-betul merupakan suatu peningkatan dari yang “biasa”-nya terjadi pada tiga minggu sebelumnya. Juga pada golongan umur ini terdapat perbedaan besar antara jumlah penderita 4 minggu pertama tahun ini dibandingkan dengan tahun lalu. Jika insidensi yang luar biasa digunakan sebagai kriteria diadakannya penyelidikan, maka berarti situasi ini memerlukan penyelidikan.Petugas analisa tidak boleh sekedar memeriksa angka-angka total pada baris atau kolom, karena dua alasan:
Angka-angka itu tidak dengan sendirinya dapat mengungkapkan apakah insidens dalam waktu yang berjalan “normal” atau “abnormal”. Ini dilakukan dengan membandingkannya dengan suatu norma yang ada.
Total tidak mengungkap adanya variasi pada komponen yang dijumlahkan itu.
Analisa kejadian penyakit menurut tempat dapat dikerjakan sama seperti yang dijelaskan sebelumnya pada analisa golongan umur. Kembali kepada pertanyaan tentang penemuan perubahan risiko dalam jangka waktu lama. Jelaslah bahwa analisa terperisnci tentang data surveilens untuk waktu yang bersngkutan adalah penting. Proporsi kenaikan (rate of increase) Hepatitis B pada golongan umur ini jauh lebih tinggi daripada Hepatitis A. Data tambahan yang tidak disajikan disini, bahwa proporsi kenaikan ini lebih tinggi pada laki-laki mudah daripada wanita. Data ini setidak-tidaknya mendukung pendapat yang mengatakan bahwa kenaikan insidens hepatitis disebabkan oleh penggunaan obat-obat suntikan secara tidak bersih. Ada dua aspek kualitatif dari surveilens penyakit yang harusdipertimbangkan karena mempunyai kaitan langsung pada analisa dan interpreasi data yang dikumpulkan. Aspek-aspek ini ialah ketetapan dan sensitivitas data itu. “Ketepatan” berkenaan dengan kebenaran dari data “sensitivitas” berkenaan dengan seberapa jauh sistem surveilens mengukur insidens yang sebenarnya. Hal yang terakhir ini sangat dipengaruhi oleh laporan yang terlambat dan tidak lengkap baik ketepatan maupun sensivitas dapat diukur; ketepatan dengan penyelidikan kasus, sensitivitas dengan survey prevalens. Sama atau tidaknya ketepatan dan sensitivitas untuk jangka waktu yang lama atau untuk berbagai daerah menentukan komparabilitas (dapat dibandingkan) data surveilens pada suatu daerah selama beberapa waktu atau data surveilens dari beberapa daerah pada waktu yang sama.
Komparabilitas data surveilens harus dipelihara bila indikator epidemiologi dan trend yang penting akan dicari dan digunakan. Hal itu dapat dikacaukan oleh perubahan pada:
1. Sambungan relatif dari berbagai sumber data (e.g. : dokter, rumah sakit, dan sekolah sekolah-sekolah) pada sistem surveilens.
2. Tingkat menitikberatkan pada penemuan penderita secara aktif (misal : penyelidikan kasus dan program screening).
3. Kriteria diagnosa penyakit yang harus dilaporkan. Bila perubahan-perubahan ini terjadi, harus dibuat pencatatan dan pelaporan tentang hal-hal yang tumpang tindih selama beberapa tahun antara cara lama dan cara baru sehingga komparabilitas data dapat dilakukan. V. Kegiatan Surveilens Khusus
Tujuan utama kegiatan surveilens khusus adalah memonitor hal-hal yang potensial untuk menimbulkan penyakit pada manusia.
Tergantung pada tujuan Departemen Kesehatan, kegiatan surveilens khusus dapat dilaksanakan terus menerus atau terputus-putus selama beberapa tahun (terutama untuk memperoleh keterangan yang potensial untuk menimbulkan penyakit pada manusia) atau mungkin secara berkala dan terbatas selama suatu periode wabah yang telah diketahui atau dicurigai (untuk menilai luasnya dan perkembangan penyakit itu).
Kegiatan surveilens ini dapat terdiri dari tugas yang dilakukan oleh karyawan Departemen Kesehatan, atau mungkin memerlukan kerjasama dengan orang-orang yang mengetahui masalahnya di luar Departemen Kesehatan.
Untuk pembahasan, kegiatan surveilens khusus disajikan dalam 3 golongan besar. Golongan pertama terdiri dari kegiatan yang dipusatkan pada populasi manusia; yang kedua kegiatan yang dipusatkan pada populasi hewan; dan yang ketiga kegiatan yang dipusatkan pada sebagian faktor lingkungan.
VI. Populasi Manusia
Kegiatan-kegiatan yang dipusatkan pada populasi manusia dimaksudkan untuk:
1. Menilai kerentanan populasi dan bagian populasi tertentu terhadap bermacam-macam penyakit, terutama penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin.
2. Mengetahui adanya suatu inveksi, termasuk infeksi tersembunyi (penderita subklinis).
Kerentanan populasi dapat dinilai dengan beberapa cara: melalui survei serelogis atau wawancara pada masyarakat dan melalui catatan hasil imunisasi pada Departemen Kesehatan dan badan lain (sekolah dan sebagainya). Tiap cara mempunyai keuntungan dan kerugian tertentu dalam hal populasi dari mana datanya diperoleh, keterbatasan dan reliabilitas data, kesulitan dan biaya untuk memperoleh data itu.
Sebagai contoh, survei serelogis dan wawancara dapat dilakukan berdasarkan sample dari keseluruhan atau sebagian populasi suatu masyarakat, sedangkan data yang diperoleh dari analisa catatan imunisasi pada Departemen Kesehatan atau sekolah hanya terbatas pada sebagian populasi (golongan ekonomi atau umur tertentu) yang benar-benar dilayani oleh organisasi. Kesulitan dan biaya untuk mendapatkan data ini adalah terbesar pada survei serelogis dan wawancara, dan terkecil untuk analisa catatan imunisasi.
Disamping rendahnya biaya dan mudahnya mendapatkan data, kekurangannya adalah
(1) semua catatan bersifat historis, dan karena itu lebih menunjukkan masa lampau daripada keadaan yang berjalan, (2) Populasi yang dilayani Departemen Kesehatan sulit didefinisikan secara tepat, dan populasi itu tidak secara eksklusif dilayani oleh Departemen Kesehatan saja (imunisasi mungkin diperoleh dari lain tempat); dan (3) beberapa sekolah mungkin tidak menyimpan catatan status imunisasi dari muridnya.
Ada bermacam-macam cara untuk mencapai tujuan kedua dari surveilens khusus pada populasi mausia (mengetahui adanya infeksi termasuk infeksi tersembunyi). Cara-cara itu meliputi:
1. Pemeriksaan laporan dan catatan, termasuk surat kematian, register penyakit, catatan rumah sakit, laporan laboratoriium, laporan absen di sekolah atau industri, dan laporan gigitan hewan.
2. Pelaksanaan survei khusus, termasuk survei serologis dan biakan yang spesimennya berasal dari saluran kemih dan kelamin dari populasi tertentu; dan survei tuberkulin dan skin test yang lain.
VII. Populasi Hewan
Studi epidemiologis dan kegiatan surveilens yang dipusatkan pada populasi hewan lebuh penting berkenaan dengan pencarian dan pengukuran salah satu atau lebih hal-hal berikut:
1. morbiditas dan mortalitas yang disebabkan oleh penyakit yang dapat menulari manusia (zoonosis).
2. adanya suatu penyebab penyakit pada hewan sentinel piaraan atau liar.
3. peningkatan dan penurunan besarnya populasi hewan sumber penular dan vektor.
Informasi ini dapat memberikan indikator untuk mendapat risiko akan kena penyakit pada manusia.
Dua contoh penggunaan teknik ini adalah encephalitis – virus ditularkan oleh serangga dan pes. Surveilens encephalitis dapat mencakup baik survei serologis pada populasi hewan tertentu (kuda, kijang dan sebagainya, tergantung pada penyebab khusus yang menjadi perhatian) dan survei untuk menentukan besarnya dan penyebaran populasi nyamuk yang bersangkutan dan prevalens virus pada populasi nyamuk tersebut.
Surveilens pes dapat mencakup survei serologis pada jenis binatang mengerat tertentu, dan anjing piaraan, yang tinggal di daerah yang diketahui atau tersangka terinfeksi; dan surveilens dapat, dan harus meliputi usaha untuk “mendapatkan” penyebab penyakit dari pinjal yang disisir dari hewan yang diperangkap yang diambil darahnya.
VIII. Faktor Lingkungan
Kegiatan surveilens lungkunganrutin paling umum dimaksudkan untuk mengetahui pencemaran air minum umum, susu dan bahan makanan. Pada situasi khusus (misalnya letusan penyakit), surveilens dapat dilakukan pada makanan atau udara dari sumber-sumber tertentu. Fokus lain dari kegiatan surveilens lingkungan adalah kondisi alam yang memungkinkan menyebarnya atau terpeliharanya populasi bermacam-macam hewan yang mungkin menjadi sumber atau vektor penyakit.
IX. Laporan Surveilens Departemen Kesehatan
Laporan surveilens dimaksudkan untuk memenuhi tujuan pemberian informasi epidemiologis yang sedang berjalan kepada para pemakai informasi ini. Laporan ini amat ditujukan kepada dua golongan: Pejabat kesehatan masyarakat dan dokter swasta. Laporan ini disiapkan dan diterbitkan oleh Laporan surveilens dimaksudkan untuk memenuhi tujuan pemberian informasi Dinas Kesehatan pada berbagai tingkat, dan juga oleh Organisasi Kesehatan dunia (WHO).
Isi dari laporan yang diterbitkan sekurang-kurangnya mempunyai bentuk umum. Jumlah laporan penderita yang diterima selama periode pelaporan yang sedang berjalan (minggu atau bulan) ditulis dalam daftar, menurut jenis penyakit, untuk keseluruhan daerah pelaporan, dan untuk kesatuan daerah administratif yang lebih kecil dalam daerah itu. Juga sering diperlihatkan jumlah penderita yang dilaporkan pada periode pelaporan yang lampau, jumlah kumulatif setiap penyakit yang telah dilaporkan sejak permulaan tahun jumlah penderita yang terjadi pada periode yang sama dalam tahun yang lalu (baik jumlah kumulatif maupun jumlah dalam waktu yang sama selama lima tahun yang lalu.
Tidak jarang, laporan itu digunakan sebagai alat untuk menyebarkan kepada lingkungan kesehatan masyarakat dan kesehatan swasta: (1) informasi yang mutakhir tentang pencegahan, diagnosa dengan penyakit tertentu dan (2) ringkasan penyelidikan epidemiologi yang sedang berjalan atau baru selesai.
Pada tingkat nasional, EPI-D dan Buletin Epidemiologi, diisi dengan laporan berbagai surveilens, diterbitkan dengan interval waktu yang bermacam-macam untuk penyakit-penyakit khusus atau golongan penyakit yang ada hubungannya.
Laporan-laporan ini didasarkantidak hanya kepada jumlah penderita yang dilaporkan oleh propinsi, tetapi juga didasarkan kepada penyelidikan KLB yang lebih terperinci, laporan hasil isolasi laboratorium, studi-studi khusus dan survei-survei.
Sebagaimana halnya pada setiap jenis laporan yang berasal dari data yang dikumpulkan dalam waktu tertentu, laporan surveilens mempunyai risiko ketidaktepatan waktu, baik karena periode pelaporan yang terlampau lama atau karena hambatan pada penyusunan dan penyebaran laporan. Kurangnya ketepatan waktu dan kekurangan dalam hal isi atau format laporan biasanya menyebabkan laporan tidak dibaca orang. Hal ini berarti bahwa mereka yang menerbitkan laporan itu harus berusaha agar tepat waktu dan menghasilkan laporan yang menarik serta ditulis secara baik agar dibaca orang.
X. Tugas-Tugas Surveilens Penyakit
Tugas-tugas khusus yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan surveilens penyakit meliputi:
A. Menetapkan tujuan dari sistem surveilens penyakit dan menentukan data yang diperlukan.
B. Mengumpulkan Data:
1. Mengumpulkan dan menelaah ulang data dari:
a. Laporan kasus penyakit
b. Laporan laboratorium (pemerintah dan swasta)
c. Penyelidikan kasus dan kontak
d. Sertifikat (surat) kematian
e. Memelihara hubungan dengan dan menerima laporan dari sekolah-sekolah, industri, dan fasilitas-fasilitas.
f. Sumber-sumber lain
2. Melakukan penyelidikan kasus.
C. Mengolah Data
1. Menemukan kriteria guna penggolongan data menurut waktu, tempat dan orang.
2. Menghitung rate, ratio, dan proporsi.
3. Membuat tabel, grafik, dan chart.
D. Menganalisa dan menginterpretasikan data
1. Mencari golongan risiko tinggi dalam artian waktu, tempat dan orang.
2. Menginterpretasikan data untuk mengetahui persamaan dan perbedaan tingkat penularan penyakit.
a. Membandingkan analisa data surveilens saat ini dengan:
(1) Analisa yang lalu
(2) Analisa seluruh propinsi
(3) Analisa secara nasional (Laporan surveilens)
b. Menggunakan data yang tersedia dari penyelidikan wabah dan studi lain pada waktu yang lalu.
(1) Hewan sumber penularan – Vektor.
(2) Pemanfaatan produk biologis
(3) Penggunaan bahan-bahan kimia
(4) Penggunaan tindakan pencegahan
(5) Program screening
c. Menggunakan data dari sumber nasional, provinsi dan lokal
(1) Studi demografi
(2) Studi lingkungan
(3) Studi yang berhubungan penyebab penyakit khusus
E. Merumuskan hipotesa berkenaan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi penularan penyakit menggunakan analisa dan interpretasi di atas.
F. Menguji Hipotesa:
1. Menentukan data yang diperlukan
2. Mendapatkan data yang diperlukan
3. Mengolah data
4. Menganalisa dan menginterpretasikan data
5. menyimpulkan bahwa hipotesa benar atau salah, dan bila salah menyusun hipotesa baru (lihat D.4.)
G. Merekomendasikan dan/atau melakukan tindakan pemberantasan
1. Menentukan tujuan pemberantasan
2. Merekomendasikan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan
3. Melakukan tindakan pemberantasan
4. Menilai tindakan pemberantasan
H. Menyiapkan dan menyebarluaskan laporan kepada semua orang, jawatan, dan sebagainya, program pemberantasan penyakit, menyertakan interpretasi , proyek trend, dan rekomendasi yang relevan untuk pemberantasan.
I. Menilai sistem surveilens
1. Menilai data surveilens: ketepatan, kelengkapan, ketepatan waktu.2. Menilai penggunaan data dan kesesuaian data 3. Menentukan apakah tujuan susrveilens dicapai.
4. Mengembangkan dan melaksanakan rekomendasi.
No comments:
Post a Comment
sampaikan komentar anda